Kedutaan Besar Taiwan untuk Indonesia baru-baru ini melakukan kunjungan ke Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) guna membahas potensi kerja sama investasi. Sekretaris Daerah (Sekda) Kaltim, Sri Wahyuni menyebut, pihak Taiwan menaruh ketertarikan terhadap beberapa sektor.
“Mereka (Taiwan) tertarik untuk investasi di furnitur, listrik, energi terbarukan, pariwisata, dan pendidikan. Mereka punya perwakilan di Jakarta dan kami sudah berikan data-datanya. Nanti mereka akan follow up lebih lanjut,” ungkap Sri Wahyuni.
Ketika ditanya mengenai rencana pengembangan sektor-sektor yang menarik minat dari Taiwan, Sri Wahyuni menyebut semua daerah punya potensi yang sama. Namun dia menegaskan, investasi yang ditawarkan pada investor pasti yang sudah layak jual.
“Makanya perlu profiling. Bagaimana kesiapan lahan, fasilitas dasar yang ada, berapa nilai ekonomi yang ada, sudah ada kajiannya kah. Jadi itu yang kami sampaikan ke investor,” sambung Sri Wahyuni.
Pemerintah Provinsi Kaltim akan menyelenggarakan Mahakam Investment Forum (MIF) pada tanggal 31 Agustus 2023 di Jakarta. Forum tersebut akan mengundang para investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tujuan dari acara ini adalah untuk memaparkan potensi investasi yang menjanjikan bagi para investor.
Sri Wahyuni mengatakan, di MIF nanti, pihaknya akan membawa profil investasi yang layak jual untuk investor. Beberapa yang akan dipaparkan adalah energi terbarukan, listrik, penanganan sampah, hilirisasi, dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK). Termasuk kawasan di Bontang dan komoditas karet yang ada di Kutai Barat (Kubar).
“Jadi semua sudah terverifikasi untuk memenuhi keinginan investor. Jadi bukan sekadar potensi. Ini sudah ada kajiannya untuk memudahkan investor menanam modal,” tambah Sri Wahyuni.
Kendati begitu, Sri Wahyuni memastikan bahwa Pemprov Kaltim akan mengundang investor berdasarkan kawasan industri yang dimiliki dan ada arah untuk mengoptimalkannya. Sepertinya KEK Maloy, Kawasan Industri Buluminung (KIB), Kawasan Industri Kariangau, dan Kaltim Industrial Estate (KIE) Bontang.
“Di luar kawasan industri, misal paling dekat dengan bahan baku, ya di Kubar ada karet. Tapi kita lakukan kajian ini dengan pendampingan Bank Indonesia (BI). Jadi dapat bantuan untuk profiling investasi,” tandasnya.
Author: Yasmin Medina Anggia Putri
