Gubernur Jawa Barat (Jabar), M Ridwan Kamil menyebut bahwa Kawasan Rebana adalah masa dean.
Kawasan ini mencakup 7 kabupaten/kota yakni Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Sumedang, dan Subang.
Di Kawasan Rebana yang berpusat di Kertajati, nantinya akan menjadi pusat baru dari wilayah Jawa Barat.
Apalagi dengan adanya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka, Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang dan dukungan infrastruktur lainnya.
Kang Emil yakin, ke depannya kawasan ini akan sangat berkembang karena menjadi integrasi dari tempat tinggal dan kawasan industri.
Konsep ini jauh berbeda dengan Karawang juga Bekasi yang tidak didesain untuk menjadi pusat kehidupan masyarakat. Ibarat hanya sekumpulan industri saja.
Kawasan Rebana adalah restart dan upaya agar Indonesia mengalami lompatan dalam industrialisasi.
Secara nyata Kang Emil mencontohkan barang-barang yang ada di dalam ruangan pertemuan Masjid Al Jabbar, hampir semuanya impor. Bukan berasal dari merk yang ada di Indonesia.
“Bapak-ibu ke sini, pakai mobil. Ada yang merk buatan Indonesia?” tanya Kang Emil, kepada peserta yang hadir.
Karenanya, diperlukan sebuah upaya lompatan dalam industrialisasi agar Indonesia mengalami kemajuan signifikan.
“Kawasan Rebana suatu upaya menjadi bangsa yang melompat melalui industrialisasi. Agar Jawa Barat menjadi provinsi paling maju,” bebernya.
Sekarang ini, kata Kang Emil, baru Kerawang dan Bekasi yang menjadi sentra industri. Tetapi, kawasan tersebut awalnya tidak didesain mejaidi kota.
“Hanya sekelompok kumpulan pabrik. Tidak didesain alun-alun, tempat istirahat dan kehidupan,” tuturnya.
Sementara Kawasan Rebana adalah koreksi pembangunan dari lokomotif ekonomi yang diseimbangkan dengan kehidupan.
“Rebana tidak boleh mengambil sawah, karena itu sakral. Sampai sekarang Jawa Barat surplus beras,” tandasnya.
Konsep di Rebana, kata Kang Emil, bagaimana orang tinggal di kota industri. Karenanya, industri dibuat berdekatan ke rumah susun.
“Tiap November selalu didemo soal UMR. Gaji ingin dinaikan setelah disurvei, ternyata karena biaya transportasi naik. Nanti di Rebana rusun dibuat dekat dengan industri. Sehingga pekerja bisa hemat 4 jutaan per tahun untuk biaya transportasi ini,” bebernya.
Oleh karena itu, kesejahteraan akan hadir dengan tidak hanya naik gaji dan upah, tapi dengan mengurangi pengeluaran.
Oleh karena itu, Kawasan Rebana menjadi tempat yang menarik untuk berinvestasi. Kang Emil sendiri, berusaha memasarkan ini keluar negeri.
“Keluar negeri jualan Rebana, sangat menarik dan berdatangn semua. Akan menambah laju pertumbuhan 5 persen,” tuturnya.
Ditambahkan Kang Emil, indikasi dari pertumbuhan ekonomi tersebut, sebenarnya dapat dilihat dari kondisi riil.
Misalnya, konser yang digelar selalu ramai. Termasuk konser Coldplay. Begitu juga masyarakat yang melaksanakan umrah tidak kalah ramainya.
“Itu pertumbuhan ekonomi 5 persen. Apalagi kalau 7-8 persen. Jadi bisa dibayangkan sendiri,” tuturnya.
Oleh karena itu, masyarakat di wilayah utara Jawa Barat akan merasakan keuntungan dari proyek ini. Sebab, tidak ada lagi tempat selain di utara.
Bukti nyata dukungan pemerintah pusat untuk Kawasan Rebana tercermin dalam Perpres 87 Tahun 2021.
Pemerintah menganggarkan Rp 300 triliun untuk Kawasan Rebana dan Jabar Selatan. Angka Rp 200 triliun tersebut termasuk Tol Indramayu – Kertajati. Kemudian Rp 100 triliun untuk wilayah selatan.
“Kenapa Jabar investasinya terbaik, karena infrastruktur paling baik. Kedua produktivitas paling baik. Ketiga, tim perizinan paling keren. Keempat, karena gubernur proaktif. Seperti jodoh, rezeki itu harus dijemput,” bebernya.
Reporter: Yuda Sanjaya
Editor: Yuda Sanjaya
