Jakarta (Industrial News) – Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi Bambang Brodjonegoro menyarankan BUMN lebih banyak melakukan research and development (R&D).
“Barangkali kita bisa mengambil manfaat dari suatu studi yang baru dikeluarkan oleh Bank Dunia tahun 2024 yakni mengenai ‘middle income trap’. Di situ dikatakan bahwa pada saat ini negara yang bisa naik kelas dari ‘upper middle’ menjadi negara maju adalah negara yang harus mengandalkan kepada inovasi. Jadi saran saya kepada baik Bapak Erick Thohir selaku Menteri BUMN maupun kepada jajaran Mind ID, tampaknya inilah saat terbaik untuk bagaimana BUMN sebagai suatu kesatuan lebih banyak mengembangkan R&D, menghasilkan inovasi untuk melahirkan produk-produk yang basisnya adalah berasal dari hasil tambah kita,” ujar Bambang di Jakarta, seperti dilansir dari Antara.
Dengan demikian, Indonesia tidak hanya cukup menikmati nilai tambah dari hasil smelter, tetapi mendapatkan hasil yang lebih tinggi lagi. Dengan mengolah baik produk dari smelter itu maupun turunan dari tambang menjadi produk yang bernilai tambah tinggi.
Contohnya salah satunya adalah baterai untuk kendaraan listrik (EV), itu salah satu yang bisa didapatkan dari nikel. “Nah barangkali ada baiknya juga tadi karena disebutkan kita juga sudah mulai mengolah tembaga. Pengalaman dari Chile, Chile negara Amerika Latin yang sudah naik kelas, sudah jadi negara yang ‘high income’ karena mereka salah satunya punya tembaga yang cukup besar dan saat ini ekonominya selain ekonomi yang di luar tambang juga didukung oleh pengolahan dari tembaga tersebut. Jadi kira-kira itu pandangan saya mengenai bagaimana hilirisasi di kita saat ini bisa menjadi pemantik dari yang saya sebut reindustrialisasi di Indonesia,” ujar Bambang.
Pada intinya, lanjut Bambang, Indonesia butuh untuk membangkitkan kembali industrialisasi di Indonesia dan hilirisasi bisa menjadi pintu masuk yang sangat baik.
Sebagai informasi, President Direktur Schroders Investment Management Michael Tjoajadi menyampaikan tiga faktor utama agar Indonesia dapat lepas dari ‘middle income trap’ dan mencapai negara maju. Ketiga faktor tersebut di antaranya demografi, dekarbonisasi, dan deglobalisasi.
Di tengah bonus demografi, Ia menyebut Indonesia membutuhkan peningkatan kemampuan dan kapasitas sumber daya manusia (SDM), sehingga akan dapat bersaing di tingkat global pada masa mendatang.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM, di antaranya dengan menambah investasi pada sektor ini. Kemudian faktor deglobalisasi, Indonesia perlu meningkatkan kinerja sektor manufaktur agar dapat bersaing di tingkat global. Lalu dekarbonisasi, Indonesia perlu membenahi peraturan (regulasi) terkait dengan dekarbonisasi. [*]