3 Oktober 2025

Foto drone udara yang diambil pada 29 Maret 2024 menunjukkan sebuah kapal sedang membongkar bahan bakar di terminal minyak Area Lanshan, Pelabuhan Rizhao, Rizhao, Provinsi Shandong, China timur. (ANTARA/Xinhua/Guo Xulei)

Almaty (Industrial News) – Permintaan global terhadap minyak, sebagai sumber energi utama, diprediksi akan meningkat sebesar 23 persen, naik dari 308 juta barel minyak ekuivalen per hari menjadi 378 juta barel pada 2050, menurut Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC), seperti dilaporkan oleh Kantor Berita Kazinform pada Kamis (2/10).

Kepala Departemen Studi Minyak OPEC Behrooz Baikalizadeh saat memaparkan prospek OPEC tentang pasar minyak global dalam ajang Kazakhstan Energy Week 2025 dan Forum Eurasia KAZENERGY ke-16 di Astana, Kazakhstan, mengatakan bahwa kenaikan permintaan akan didorong oleh pertumbuhan populasi global yang diperkirakan akan meningkat dari 8,2 miliar menjadi 9,7 miliar jiwa.

“Pada 2050, lebih dari 1,2 miliar orang akan tinggal di kota-kota. Biaya yang terus meningkat juga akan mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD),” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa meskipun kemajuan yang stabil di sektor perminyakan akan membantu meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya, tidak ada terobosan teknologi yang signifikan yang diperkirakan akan terjadi.

Berdasarkan laporan prospek tersebut, energi terbarukan diproyeksikan akan mencakup 13,5 persen dari total bauran energi global pada 2050. Sementara itu, penggunaan batu bara dan sumber energi konvensional lainnya diproyeksikan turun sekitar 13 persen.

Seiring dengan penghapusan bertahap penggunaan batu bara, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara diperkirakan menyusut menjadi 3,2 terawatt jam. Kondisi ini akan mendorong peningkatan pangsa energi alternatif dari 24 persen menjadi 65,5 persen. [*]