Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus disebut memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kementerian Perindustrian pun mencatat terjadi peningkatan kinerja ekspor di sejumlah kawasan tersebut.
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, Kementerian Perindustrian Eko Cahyanto mencatat nilai ekspor dari KEK Sei Mangkei, Simalungun mencapai Rp 5,18 triliun pada akhir 2020.
“Sementara KEK Palu mencatat pendapatan ekspor sekitar Rp 79,9 miliar,” ujar Eko dalam keterangan tertulis, Senin (6/12/2021).
Besaran ekspor tersebut diproyeksi meningkat tahun ini seiring pandemi COVID-19 yang mulai mereda. Hal ini terlihat dari data Semester I-2021 yang menunjukkan keberadaan KEK di Indonesia telah memfasilitasi kegiatan ekspor sebesar Rp 3,66 triliun.
Apalagi, kata dia, dengan adanya penambahan KEK menjadi 19 lokasi yang terdiri dari 11 KEK industri dan 8 KEK pariwisata dinilai dapat mendorong produksi yang berorientasi ekspor. Adapun dari 11 KEK industri, sebanyak 8 KEK sudah beroperasi dan sisanya masih dalam tahap pembangunan.
Penggalian potensi ekspor di berbagai KEK juga dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai yang masif melakukan asistensi kepada pemerintah daerah dan pengusaha lokal untuk urusan kepabeanan.
Pada Jumat (3/12) lalu, Bea Cukai melakukan asistensi dan sosialisasi kepada puluhan pengusaha terkait kemudahan berusaha di dalam KEK Gresik. Dalam pertemuan itu, Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Jatim I, Padmoyo Tri Wikanto mengatakan Bea Cukai berkomitmen untuk mendukung penuh seluruh pelaku usaha di dalam KEK sebagai bagian dari pemulihan ekonomi nasional.
“Apalagi nantinya barang yang dihasilkan bisa berorientasi ekspor sehingga menambah pendapatan negara,” ujar Padmoyo.
Dorongan untuk melakukan ekspor juga dijalankan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melalui Coaching Program for New Exporters (CPNE). Program ini sudah mencetak 75 pelaku usaha yang memasarkan produk ke luar negeri untuk pertama kalinya.
LPEI telah menggelar CPNE di beberapa kota, yaitu Medan, Surakarta, Denpasar, Kendal, Demak, Manado dan Bandung dengan mayoritas pelaku usaha di sektor makanan dan minuman, craft, furniture, rempah dan komoditi kopi.
Sejak 2015, LPEI telah memberikan pelatihan dan pendampingan kepada hampir 1.000 pelaku usaha berorientasi ekspor di beberapa kota di Indonesia melalui kegiatan CPNE.
Kegiatan pelatihan dan pendampingan yang tidak berbayar ini diberikan kepada pelaku UMKM berorientasi ekspor selama satu tahun di wilayah tertentu guna meningkatkan kapasitas hingga mencetak eksportir baru berkualitas.