Jakarta – Pemerintah mengembangkan 2 juta hektare (ha) lahan di Kabupaten Merauke, Papua Selatan untuk perkebunan tebu dan industri gula. Wakil Menteri Investasi Yuliot Tanjung mengatakan, pengembangan investasi pada klaster 3 di lahan tersebut terus berjalan.
Menurutnya rencana total investasi perkebunan tebu terintegrasi pada swasembada gula dan bioetanol pada klaster ini mencapai US$ 5,62 miliar atau setara Rp 83,27 triliun. Di sana akan berdiri 5 pabrik industri gula yang terintegrasi dengan bioetanol.
“Pembangunan industri gula klaster 3 ini direncanakan ada 5 pabrik yang akan dibangun dan terintegrasi dengan bioetanol. Sudah disiapkan infrastruktur dan pendanaan oleh pelaku usaha untuk pelatihan di Kabupaten Merauke agar masyarakat setempat terlibat. Selain itu, juga telah dibangun Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dan kerja sama dengan Sugar Research Australia (SRA),” kata dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/7/2024).
Secara rinci, investasi tersebut terdiri dari perkebunan tebu dengan teknologi mekanisasi pertanian sebesar Rp 29,2 triliun, pembangunan 5 pabrik gula dan bioetanol sebanyak Rp 53,8 triliun, pembangunan pusat pelatihan sumber daya manusia senilai Rp 120 miliar, dan pembangunan fasilitas riset dan inovasi mencapai Rp 150 miliar per tahun.
Mengacu Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 15 Tahun 2024 tentang Satuan Tugas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan tanggal 19 April 2024. Satgas ini dibentuk untuk melakukan percepatan fasilitasi investasi komoditas tebu yang terintegrasi dengan industri gula, bioetanol, dan pembangkit listrik biomassa di Kabupaten Merauke Provinsi Papua Selatan.
Terdapat 5 klaster wilayah dengan total lebih dari 2 juta ha yang akan menjadi wilayah pengembangan swasembada gula terintegrasi bioetanol. Klaster 1 dan 2 seluas kurang lebih 1.000.000 ha, klaster 3 seluas kurang lebih 504.373 ha, dan klaster 4 seluas kurang lebih 400.000 ha.
Melihat perkembangan investasi yang sedang berlangsung, Yuliot mengapresiasi perusahaan dalam merealisasikan rencana perusahaan. “Kami sudah melihat bagaimana fasilitas yang sudah disiapkan. Standar yang disiapkan jauh lebih baik daripada fasilitas yang ada di Australia sendiri. Jadi, kita melihat ada keseriusan dari pelaku usaha,” tutupnya.(*)